× -bahasa-

×

view_list1.png Artikel     view_masonry.png Galeri     view_list2.png Video    
×
  • url:
×
×
×
9 0 0 0 0 0
9
   ic_mode_light.png

Kisah Orang Buta dan Gajah

Cerita ini sangat cocok bagi mereka yang selalu berselisih pendapat karena mereka merasa bahwa pendapat mereka lah yang paling benar, padahal bisa saja pendapat mereka memang benar, mereka hanya perlu menyatukan pendapat merka, seperti  cerita berikut ini.

Alkisah di sebuah negeri yang jauh, ada enam orang buta yang tinggal di sebuah negeri. Suatu hari, sang raja negeri itu datang ke desa dengan menunggangi gajah. Penasaran, penduduk desa pun antusias melihat seperti apa gajah sang raja, termasuk si enam orang buta.

Singkat cerita, keenam orang buta itu memegang-megang atau sedikit meraba badan si gajah. Masing-masing punya gambaran seperti apa gajah itu, hingga akhirnya mereka menceritakannya ke satu sama lain, atau terjadilah adu mulut.

Orang buta pertama yang memegang belalai gajah berkata, “Gajah itu seperti ular raksasa!”.

Orang buta kedua menyanggah, “Ngawur kamu! Gajah itu seperti ujung pensil, runcing atau tajam!”. Kita sebagai orang yang bisa melihat tentu saja tahu kalau yang ia raba hanyalah bagian gadingnya.

Sambil menggerutu, orang ketiga yang memegang telinga berkata, “Kalian bicara apa sih? Gajah itu tipis, lebar, atau bergerak-gerak seperti daun jati ditiup angin!”.

“Salah kalian semua, dengarkan aku yang menunggangnya, gajah itu seperti batu keras yang bisa berpindah.” Kata orang keempat.

Keluhan kembali terdengar, kali ini dari si orang kelima yang mendeskripsikan kaki gajah, “Bah, gajah itu seperti empat batang pohon, tegak atau kokoh! Bukan seperti yang kalian bicarakan.”

Orang terakhir pun terpancing, “Bukan! Gajah itu seperti tali, panjang atau lentur!” Pekiknya sambil menjelaskan ekor gajah yang tadi dirabanya.

Sang raja yang tidak buta hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar mereka bertengkar.

***

Biasanya kisah ini diakhiri dengan hikmah bahwa si enam orang buta membayangkan sesuatu yang salah. Apabila diibaratkan, orang buta adalah akal kita, atau sang gajah adalah konsep ke-Ilahi-an.

Cerita ini berawal dari buku The Walled Garden of the Truth, karya Hakim Sanai, guru dari Jalaluddin Rumi, seorang penyair yang termasyhur.

Tapi saya ingin bertanya, seperti biasa.

Keenam orang buta itu, masing-masing punya gambaran yang salah. Tapi secara kolektif, mereka benar. Apakah akal kita juga bekerja seperti itu? Pemikiran kita saling melengkapi satu sama lain? Bukankah ini juga konsep ilmiah, standing on the shoulder of giants? Kita menuliskan suatu karya satu sama lain dari berbagai sudut pandang hingga kita akhirnya tahu bahwa bumi ini bulat, kita tahu berbagai jenis species yang ada, kita tahu bagaimana caranya ke bulan, kita tahu seberapa cepat cahaya melaju, atau seterusnya.

Pertanyaan kedua, bagaimana kita tahu bahwa kita bukan orang buta? Bagaimana kita tahu kalau kita tidak bisa melihat si gajah? Atau selama ini kita merasa tahu gajah itu seperti apa, merasa bisa melihatnya, atau merasa “gajah” kita lah yang paling benar?

❮ sebelumnya
selanjutnya ❯
CeritaInspiratif
+
<<
login/register to comment
×
  • ic_write_new.png expos
  • ic_share.png rexpos
  • ic_order.png urutan
  • sound.png malsa
  • view_list1.png list
  • ic_mode_light.png light
× rexpos
    ic_posgar2.png tg.png wa.png link.png
  • url:
× urutan
ic_write_new.png ic_share.png ic_order.png sound.png view_masonry.png ic_mode_light.png ic_other.png
+